Kesehatan

Mengenal Kanker Limfoma Hodgkin, Penyakit Kanker dengan Diagnosis Paling Rendah: Apa Gejalanya?

Gragehotels.co.id – Kanker merupakan salah satu tantangan kondisi tubuh global yang mana memerlukan perhatian serius, di tempat mana karsinoma menjadi pemicu utama kematian di dalam seluruh dunia. Terhitung hampir 10 jt kematian pada tahun 2020, atau hampir satu dari enam kematian. 

Di tahun 2020, persoalan hukum karsinoma yang tersebut paling umum ditemui adalah tumor ganas kelenjar susu (2,26 juta), paru-paru (2,21 juta), usus besar kemudian rectum (1,93 juta), prostat (1,41 juta), kulit/non-melanoma (1,2 juta), dan juga karsinoma perut (1,09 juta).

Prof Dr Dr dr Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, Ketua POI (Perhimpunan Onkologi Indonesia Jaya) memaparkan, tumor ganas adalah hambatan kemampuan fisik dengan urgensi yang digunakan tinggi. Secara global saja, neoplasma merupakan pemicu kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10juta orang meninggal setiap tahunnya.

Lebih lanjut, Prof Ikhwan mengungkapkan jikalau sekian berbagai kanker, limfoma Hodgkin (LH) adalah karsinoma dengan diagnosis yang tersebut masih rendah. 

“Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu tumor ganas yang mana tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelahnya berada di dalam stadium lanjut,” jelasnya pada siaran pers kegiatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’” dengan puncak acara dijalankan pada tanggal 4 Februari 2024.

LH kata beliau adalah salah satu jenis karsinoma yang mana berasal dari sel darah putih yang mana disebut limfosit. Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang mana merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. 

Menurut data Globocan tahun 2020, dalam Indonesia terdapat 1.188 persoalan hukum baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus. Ada beberapa orang faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di dalam antaranya Infeksi virus Epstein-Barr.

Menurutnya, 1 dari 1.000 orang yang tersebut terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena LH. Risiko meningkat pada orang yang tersebut terinfeksi HIV (virus faktor AIDS), orang yang tersebut mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, kemudian orang dengan penyakit autoimun.

“Riwayat keluarga juga memengaruhi. Di mana saudara laki-laki serta perempuan dengan penyakit ini mempunyai risiko tambahan tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seseorang pasien LH,” tambah dia.

Lainnya adalah jenis kelamin, di tempat mana persoalan hukum LH tambahan banyak terjadi pada pria daripada wanita. Serta adalah usia, penyakit ini umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun juga pada menghadapi usia 55 tahun.

Sementara itu, Prof Ikhwan juga mengingatkan apabila gejala yang ditimbulkan dari penyakit karsinoma LH perlu diwaspadai, yaitu muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di dalam leher, bawah ketiak, atau pangkal paha.

“Terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih tinggi dari 38°C tanpa faktor yang jelas, berkeringat berlebihan pada waktu malam hari, turun berat badan lebih tinggi dari 10% pada 6 bulan berturut-turut,” ucapnya.

Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa mempunyai gejala tersebut. Walaupun penyakit tumor ganas LH miliki hitungan kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30%. Jadi, semakin dini penyakit ini dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, juga semakin tepat sasaran penyembuhan yang mana diberikan.

Sebab secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin di 5 tahun setelahnya terdiagnosis adalah 89%. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran neoplasma ke organ lain, penurunan fungsi organ, kehancuran sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, serta permasalahan kemampuan fisik mental atau emosional. 

Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan juga sulit diobati, menyebabkan prognosis yang tersebut lebih tinggi buruk. Sayangnya, kebanyakan tindakan hukum limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis penyembuhan Limfoma Hodgkin antara lain: Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; serta Terapi Target – yang digunakan berusaha mencapai protein pada sel tumor ganas yang mana mengendalikan peningkatan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.

Senada dengan Prof Ikhwan, Direktur Pencegahan kemudian Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesejahteraan RI, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., menyatakan apabila akses terhadap informasi serta edukasi seputar penyakit tumor ganas di area Indonesia harus terus dijalankan oleh semua pihak. 

“Kanker yang dimaksud ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan juga ditangani secara tepat akan memberikan potensi kesembuhan 90 persen. Apalagi pada waktu ini terapi untuk limfoma Hodgkin telah lama tersedia serta tercakup di tempat di BPJS Kesehatan. Untuk itu, Komunitas jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini,” sambung dr. Eva.

Di kesempatan yang dimaksud sama, Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, berterima kasih berhadapan dengan kesempatan berkerja serupa yang diberikan oleh POI Jaya di meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, kemudian terapi limfoma Hodgkin. 

“Kami menyadari beban yang mana ditimbulkan penyakit ini. Oleh akibat itu, Takeda berjanji menguatkan kerja sejenis dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI juga Kementerian Kesejahteraan RI, pada melakukan konfirmasi akses obat-obatan juga vaksin kami tersedia bagi para pasien di dalam Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang tersebut terapi inovatifnya pada waktu ini sudah tersedia di area JKN,” tutup dia.

Related Articles

Back to top button