Kesehatan

Kasus Demam Berdarah Melonjak, Singapura Butuh Vaksin?

Gragehotels.co.id – JAKARTA – Kasus demam berdarah di tempat Singapura terus melonjak setiap tahunnya sejak 2019, pada mana rekor tertinggi yaitu 35.315 persoalan hukum pada 2020.

Badan Lingkungan Hidup Nasional atau the National Environment Agency (NEA) menyerukan tindakan kolektif yang tersebut mendesak untuk mengurangi lonjakan tindakan hukum demam berdarah .

Sementara, pada Singapura sendiri, strategi untuk menghurangi demam berdarah adalah dengan mengempiskan jumlah keseluruhan nyamuk Aedes yang dimaksud menularkan virus demam berdarah, yang dimaksud dikenal sebagai pengendalian vektor. Terdapat kegiatan pengendalian vektor yang komprehensif di area Singapura sejak 1970an.

Profesor Ooi Eng Eong, profesor acara penyakit menular di area Duke-NUS Medical School mengungkapkan bahwa strategi ini tidak ada diragukan lagi tingkat keberhasilannya.

Dikutip channel news asia, ketika acara ini pertama kali diperkenalkan, total nyamuk Aedes di tempat Singapura tinggi. Jadi, menurunkan jumlah agregat nyamuk saja, pada pada waktu itu, sudah ada cukup untuk menghindari wabah demam berdarah yang besar.

Namun, kekebalan penduduk Singapura terhadap demam berdarah telah terjadi turun ke tingkat yang tersebut rendah selama beberapa dekade terakhir akibat berkurangnya jumlah agregat nyamuk serta berkurangnya penularan virus.

Oleh akibat itu, pengendalian vektor sebagai satu-satunya strategi pencegahan bukan lagi dapat dilakukan. Memang benar, kita telah terjadi menyaksikan wabah demam berdarah secara periodik juga semakin rutin terjadi sejak 1990an.

Untuk melengkapi pengendalian vektor, maka untuk pada waktu ini Singapura memerlukan vaksin demam berdarah guna meningkatkan kekebalan warga secara keseluruhan.

Hal yang mirip sanggup dilihat pada Covid-19, di area mana pemakaian masker kemudian lockdown hanya saja efektif sebagian juga dibutuhkan vaksin untuk dapat mengendalikan pandemi.

Related Articles

Back to top button