Gragehotels.co.id – Serangan siber dalam Indonesia rata-rata terjadi sebanyak 155.292 per jam sepanjang paruh kedua tahun 2023. Jumlah itu setara dengan 43 kali serangan siber per detiknya.
Data itu diungkapkan oleh AwanPintar.id. Menurutnya, serangan siber di area Indonesia meningkat 97,53 persen pada semester II (Juli-Desember)-2023, atau hampir dua kali lipat dari semester I (Januari hingga Juni)-2023, dengan jumlah keseluruhan serangan siber mencapai 347.172.666 atau 22 serangan siber per detik.
“Dengan total serangan mencapai 685.772.501 serangan atau hampir dua kali lipat dari semester sebelumnya, menunjukkan Indonesia sebagai sasaran favorit penjahat dunia maya,” kata pendiri AwanPintar.id, Yudhi Kukuh, Selasa (6/2/2024).
Puncak peningkatan pada semester II-2023 terjadi pada September, dengan total serangan mencapai 275.980.259 (40,24 persen), hampir separuh dari seluruh serangan pada paruh kedua tahun 2023.
Dominan serangan diduga bermotif bisnis, dilihat dari jenis aksi yang dimaksud mengeksploitasi akses hak administrator (attempted administrator privilege gain) sebesar 41,14 persen.
Aksi yang disebutkan diduga merupakan kelanjutan dari percobaan pencurian “kredensial” dari jenis serangan siber “misc activity” yang mana totalnya lebih banyak dari 120 jt perkara pada semester I-2023.
Miscellaneous activity merupakan perilaku anomali atau mencurigakan pada sistem yang tersebut biasanya tidaklah bisa saja segera teridentifikasi penyebabnya.
Yudhi menyebut, dengan mengakses sumber daya tingkat pengguna super atau hak akses administrator, penyerang yang disebutkan dapat memperoleh jalan menguasai jaringan yang ditargetkan.
“Kenaikan jenis serangan ini yang tersebut cukup mencolok pada semester II-2023, menunjukkan bahwa serangan yang dimaksud sudah ada mencapai tahap akhir yaitu memiliki target dan juga menyasar pada tujuan tertentu,” ujar Yudhi.
Laporan yang disebutkan diharapkan dapat memberikan masukan yang digunakan berharga bagi upaya pemangku kebijakan, praktisi keamanan siber, kemudian pihak terkait lainnya untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur siber, menjalankan risiko digital, juga memverifikasi kedaulatan dan juga konektivitas digital yang mana aman juga berkelanjutan di area Indonesia. (Antara)
